Assalamualaikum wr. wb.
ok kita langsung saja ke topik
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamien, puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
waktu, kemudahan dan petunjuk kepada tim peneliti, sehingga penulisan Laporan
penelitian dengan judul “Penyimpangan yang terjadi di SMAN 1 Sikur” ini dapat
terselesaikan.
Serta salam semoga selalu kita kirimkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad
SAW. Sehingga mudah-mudahan kita mendapat syafaat beliau dihari akhir kelak,
Amien.
Dalam proses sampai dengan tersusunnya laporan penelitian ini, tim peneliti
telah memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya
dengan segala kerendahan hati tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Mawardi, selaku
pembimbing mata pelajaran sosiologi dan motivator kami.
2.
Pihak-pihak dari dewan pembimbing
SMAN 1 Sikur yang telah membantu kami memberikan informasi dalam penelitian
ini.
3.
Rekan rekan semua di kelas XI IA 1.
4.
Pihak-pihak lain yang telah membantu
hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
5.
Secara khusus
penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti
perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Kotaraja, Juni 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Judul
/ Cover ................................................................................... 1
Kata
pengantar.................................................................................. 2
Daftar
Isi ........................................................................................... 3
BAB
I
PENDAHULUAN
............................................................................ 4
BAB
II
KAJIAN
TEORI ............................................................................... 6
BAB
III
METODOLOGI
.............................................................................. 11
BAB
IV
PEMBAHASAN
............................................................................. 14
ANALISI
........................................................................................ 21
BAB
IV
KESIMPULAN................................................................................ 24
SARAN........................................................................................... 24
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya banyak sekali perilaku menyimpang terjadi di sekitar kita,
apalagi di masyarakat dan lingkungannya, sampai mengakibatkan sebuah atau
banyak masalah karena penyimpangan yang mereka buat. Banyak sekali
kejadian-kejadian penyimpangan social yang sering kita lihat.
Beberapa contoh penyimpangan sosisal yang terjadi di masyarakat yaitu
perampokan, pencurian, tawuran, pelecehan seksual dan dan banyak lagi yang
sering kita dengar di media lain
Penyimpangan yang terjadi ketika di teliti juga pasti bermacam-macam
penyebebnya, entah itu masuk akal maupun hanya di buat-buat. Diamati sekali
tahun demi tahun banyak sekali penyimpangan sosial baru yang terjadi di
masyarakat, lingkungan keluarga, lingkungan bermain, bahkan di sekolah-sekolah
menengah atas, di beberapa kota juga sering diberitakan adanya penyimpangan
sosial
Seperti halnya sekolah menengah atas lainnya, di SMAN 1 Sikur juga banyak
sekali siswa-siswi yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang, mungkin
saja itu terjadi karena linkungan di luar sekolah yang kurang baik
Banyak sekali siswa yang membolos, terlambat datang ke sekolah, merokok
diam-diam di kamar mandi pada saat jam istirahat maupun jam pelajaran
berlangsung, berkelahi dengan teman sepermainan entah itu dilakukan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, berpakaian tidak rapih, rambut berantakan dan
lainnya. Bagi beberapa siswa mungkin menganggap sekolah hanya sebagai tittle. Itu semua merupakan beberapa
contoh penyimpangan yang terjadi di SMAN 1 Sikur.
B. Identifikasi Masalah
1. Di masyarakat banyak
sekali penyimpangan sosial yang terjadi
2. Di SMAN 3 TEGAL juga
banyak sekali siswa yang melanggar peraturan
3. Masih banyak sekali siswa
yang membolos, dating terlambat, bergaul bebas, dan merokok di lingkungan sekolah
4. Banyak juga yang akhirnya
mengakibatkan suatu masalah untuk merekabaik di dalam maupun diluar sekolah
C. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk perilaku
menyimpang siswa SMAN 1 Sikur di lingkungan sekolah ?
2. Apa faktor yang menyebkan
terjadinya perilaku menyimpang ?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bentuk
perilaku menyimpang di SMAN 1 Sikur
2. Mengetahui faktor
penyebab terjadinya perilaku menyimpang yang di lakuakan oleh siswa-siswi di
SMAN 1 Sikur
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
-
Menambah wawasan
-
Melatih cara berfikir
secara ilmiah
2. Manfaat bagi sekolah
-
Sebagai bahan represi
masukan untuk peraturan yang lebih baik
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA
KERJA PIKIR
A. Kajian Teori
· Pengertian Penyimpangan Sosial
Perilaku penyimpangan (deviasi sosial) sebagai
suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai, melanggar, atau menyimpang dari
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga perilaku
menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik di keluarga maupun di masyarakat. Dengan
perkataan lain, penyimpangan sosial (deviasi sosial) adalah semua tindakan yang
tidak berhasil menyesuaikan diri (comformity) terhadap kehendak masyarakat.
·
Teori-teori
Penyimpangan Sosial
Teori Differential Association.
Teori ini mengatakan bahwa penyimpangan sosial bersumber pada pergaulan yang
berbeda dan terjadi melalui proses alih budaya.
Teori Labeling.
Pandangan teori ini, seseorang melakukan perilaku menyimpang karena proses
Labeling, pemberian julukan, cap, etiket dan merek yang diberikan masyarakat
secara menyimpang sehingga menyebabkan seseorang melakukan penyimpangan sosial
sesuai dengan label yang diberikan.
Teori Merton (R. Merton).
Teori penyimpangan ini bersumber dari struktur sosial sehingga terjadinya
perilaku menyimpang itu sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.
Teori Fungsi (Durkheim).
Bahwa kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin terjadi karena
setiap orang berbeda satu sama lainnya tergantung faktor keturunan, lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. Menurut Durkheim kejahatan itu perlu, agar
moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.
Teori konflik (Karl Marx).
Menurut teori ini mengatakan bahwa perilaku menyimpang hanya dalam pandangan
kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi, karena ada kelas
atas yang selalu menindas kelas bawah akan menimbulkan pertentangan dan
menjadikan tindakan menyimpang.
B. Faktor-faktor
penyimpangan sosial
Tidak dipungkiri bahwa setiap tindakan manusia
ada sebabnya, atau sering dikatakan hokum sebab-akibat, begitu juga dengan
perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
·
Pertentangan antara norma kelompok dengan
norma masyarakat
·
Tidak mempunyai seseorang sebagai panutan
dalam memahami dan meresapi tata nilai atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
·
Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang
tidak baik.
·
Pertentangan antar agen sosialisasi
·
Pengaruh fisik dan jiwa seseorang.
·
Proses bersosialisasi yang negatif.
·
Ketidakadilan.
C. Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial
Penyimpangan dalam masyarakat sering terjadi
dan memiliki bentuk-bentuk tersendiri seperti penyimpangan yang dilakukan oleh
individu, kelompok, campuran. Penyimpangan tersebut ada yang bisa diterima, ada
pula yang tidak diterima oleh masyarakat karena ada penyimpangan yang dianggap
positif oleh masyarakat. lebih lanjut, berikut bentuk penyimpangan dalam
masyarakat:
- Berdasarkan kadar penyimpangan.
Menurut Lemert (1951), Penyimpangan dibagi
menjadi dua bentuk:
1. Penyimpangan
Primer (Primary Deviation). Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan
tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat
temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat
ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: menunggak iuran listrik, telepon,
melanggar rambu-rambu lalu lintas dll.
2. Penyimpangan
Sekunder (secondary deviation) Penyimpangan yang berupa perbuatan yang
dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang.
Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan
pengulangan dari penyimpangan sebelumnya. Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir
oleh masyarakat. Penyimpangan jenis ini sangat merugikan orang lain, sehingga
pelakunya dapat dikenai sanksi hukum atau pidana. Contohnya: pemabuk, pengguna
obat-obatan terlarang, pemerkosaan, pelacuran, pembunuhan, perampokan,
perjudian.
- Berdasarkan pelaku penyimpangan
1. Penyimpangan
individu (individual deviation). Penyimpangan jenis ini dilakukan secara
perorangan tanpa campur tangan orang lain dan berupa pelanggaran terhadap
norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. contohnya: tidak patuh pada
perintah orang tua (Pembandel), tidak taat pada orang berwenang seperti RW atau
guru (pembangkang), menerobos lampu merah (pelanggar), pencopet di pasar
(perusuh atau penjahat).
2. Penyimpangan
kelompok (individual deviation). Penyimpangan yang dilakukan secara
bersama-sama atau secara berkelompok dengan melanggar norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat
pengaruh pergaulan/teman. penyimpangan kelompok biasanya lebih sulit dikendalikan
karena mereka patuh pada aturan kelompoknya dan fanatik sehingga lebih
berbahaya dari penyimpangan individu. contohnya: tawuran pelajar, kenakalan
remaja, penyimpangan kebudayaan, pemberontakan, perkelahian antar suku, agama,
dan antar geng.
3. Penyimpangan
campuran (mixture of both deviation) Penyimpangan ini diawali oleh individu,
selanjutnya memengaruhi orang lain agar ikut dalam penyimpangan. Dalam hal ini,
orang yang terpengaruh akan mengikuti jejak para propokatornya. contohnya:
demonstrasi damai berubah menjadi anarkis ketika salah satu demonstran
melakukan penyimpangan, pemalsuan uang, dan pengedaran narkoba.
- Berdasarkan sifat penyimpangan
1. Penyimpangan
positif. Penyimpangan atau perilaku yang melanggar atau tidak sesuai dengan
nilai dan norma dalam masyarakat, tetapi memiliki dampak positif bagi dirinya
atau masyarakat karena memberikan unsur kreatif dan inovatif. contohnya: dahulu
istri (perempuan) tidak boleh kerja di luar atau mengerjakan pekerjaan lelaki
seperti jadi sopir taksi, akan tetapi karena suami (laki-laki) tidak mampu lagi
bekerja sehingga istri lah yang bekerja.
2. Penyimpangan
negatif. Penyimpangan ini bersifat negatif karena tindakannya cenderung
merugikan dirinya, masyarakat, menghancurkan barang atau benda, bahkan
menimbulkan korban. contohnya: korupsi, pencurian, demonstrasi anarkis, dan
pembunuhan.
D. Beberapa
penyimpangan sosial dalam masyarakat
Nilai dan norma dibuat masyarakat untuk
mengatur kehidupannya yang tertib dan tentram. Tapi tak jarang nilai dan norma
tersebut dilanggar seseorang dan ini lah yang dinamakan tindakan menyimpang
atau penyimpangan sosial. Dalam masyarakat terdapat beberapa pelanggaran
terhadap nilai dan norma yaitu sebagai berikut:
1. Penyalahgunaan
narkotika a) Heroin b) Ganja c) Ekstasi d) Shabu-shabu
2. Kenakalan
remaja a) Bolos sekolah b) Tawuran c) Ugal-ugalan di jalan raya
3. Minuman
keras (alkoholisme)
4. Pelacuran
5. Penyimpangan
seksual a) Lesbian dan homoseksual b) Sodomi c) Perzinahan (sek diluar nikah)
d) Kumpul kebo
6. Tindakan
kejahatan a) Pembunuhan b) Pencurian c) Perampokan d) Pemerkosaan
7. Gaya
hidup a) Sikap arogansi b) Sikap eksentrik (sikap yang aneh dari lainnya seperti
anak funk)
E. Dampak Penyimpangan Sosial
Setelah dilakukan perilaku menyimpang akan
bedampak pada pelaku penyimpangan dan juga bagi masyarakat sekitarnya. Berikut
dampak dari penyimpangan sosial:
·
Dampak terhadap diri sendiri
1. Dikucilkan
masyarakat atau mencelakakan dirinya sendiri
2. Terganggunya
perkembangan jiwa
3. Dapat
mengahncurkan masa depan
4. Dapat
menjauhkan diri pada tuhan
·
Dampak terhadap masyarakat
1. Terganggunya
keseimbangan sosial
2. Pudarnya
nilai dan norma
3. Merusak
unsur-unsur budaya
4. Kriminalitas
·
Dampak positif
1. Menumbuhkan
kesatuan masyarakat
2. Memperkokoh
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat
3. Memperjelas
batas moral
4. Mendorong
terjadinya perubahan social
F. Upaya
Pencegahan dan Mengatasi Penyimpangan social
Banyak upaya yang mampu mencegah,
mengantisivasi, dan mengatasi penyimpangan sosial dalam masyarakat. Berikut ini
upaya pencegahan dan mengatasi penyimpangan sosial:
·
Penanaman nilai dan norma terhadap anak
·
Penanaman nilai-nilai ketuhanan
·
Pelaksanaan peraturan tidak memihak dan tegas
·
Pembentukan kepribadian yang kuat
·
Melaksanakan penyuluhan-penyuluhan dan
rehabilitasi
·
Mengembangkan kegiatan-kegiatan positif
·
Mengembangkan kerukunan antar warga masyarakat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah yaitu di SMA N 3 TEGAL.
B.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada:
- Februari sampai maret proses pembuatan
rancangan penelitian .
- Maret sampai April proses dilakukannya
penelitian.
- Mei proses pembuatan laporan
penelitian.
C.
Bentuk Penelitian
-
Penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang melukiskan dan melaporkan suatu keadaan, objek atau peristiwa secara apa
adanya berupa fakta
-
Penelitian Inferensial
yaitu penelitian yang mampu menarik kesimpulan umum atas masalah yang sedang
diteliti
D. Sumber Data
-
Tempat,
yaitu tempat di laksanakannya aktifitas penelitian
-
Aktifitas,
kegiatan melakukan penelitian
-
Informan,
objek tempat mememperoleh data
-
Dokumen,
sumber data yang di peroleh dari subjek/objek lain
E.
Teknik Pengumpulan Data
-
Observasi dengan meneliti kegiatan
penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekolah.
-
Wawancara, dengan mewawancarai untuk mencari
kesimpulan data yang diperoleh dari Guru BK dan Waka Kesiswaan.
F.
Teknik Cuplikan/Pengambilan Sampling
-
Simple random sampling
(Sampling acak sederhana) : Pengambilan sampel dengan memberi kesempatan yang
sama untuk dipilih bagi setiap individu dalam keseluruhan siswa.
-
Sampling Purposif
(Puposive sampling) : Tekhnik penentuan untuk tujuan tertentu saja . Tekhnik
ini dibutuhkan untuk mengurangi penyimpangan sosial di wilayah sekolah oleh
bantuan Guru BK / Waka kesiswaan.
G. Validitas Data
Data-data yang diperoleh dari lapangan perlu divalidkan, dalam penelitian
ini, peneliti mengunakan teknik informant review atau umpan balik dari
informan. Selain itu digunakan pula teknik triangulasi. Penggunaan teknik triangulasi merupakan strategi untuk
mengurangi bias sistematik dalam data. Masing-masing strategi melibatkan
pengecekan temuan-temuan terhadap sumber lain. Sehingga triangulasi sebagai
proses evaluasi dapat menjaga tuduhan bahwa temuan-temuan penelitian itu
menggunakan alat sederhana baik metode, sumber, maupun bias penelitian.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber, triangulasi metode, triangulasi teori. Triangulasi sumber, yakni
mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal
ini, untuk memperoleh data tentang trilogi kepemimpinan Tamansiswa, dikumpulkan dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah, pamong sosiologi, dan guru mata pelajaran yang lain.
Triangulasi metode, yakni mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda yang
dalam hal ini untuk mendapatkan data digunakan beberapa sumber dari hasil
wawancara dan observasi. Triangulasi teori untuk menginterpretasikan data yang
sejenis, misalnya pelaksanaan sistem among, implementasi trilogi
kepemimpinan Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tutwuri
handayani dalam proses pembelajaran.
H.Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif. Dalam model analisis ini, tiga komponen analisanya yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diuraikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul
di lapangan. Dalam pengumpulan data model ini, peneliti selalu membuat reduksi
data dan sajian data sampai penyusunan kesimpulan. Artinya data yang didapat
dilapangan kemudian disusun pemahaman arti di
segala peristiwa yang disebut reduksi data. Reduksi data dan
sajian data ini disusun pada saat peneliti mendapatkan unit data yang
diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga kesimpulan
data finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari analisis interaktif.
Suatu penyajian, merupakan kumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan
setelah data telah mengalami proses reduksi data dan diikuti penyusunan data yang berupa cerita yang
sistematis. Data yang sudah tersusun
secara sistematis, data siap untuk disajikan dan ditarik kesimpulan sebagai
hasil dari proses penelitian.
3. Verifikasi/Penarikan
Kesimpulan
Analisis yang ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi.Pengumpulan data terakhir peneliti mulai melakukan usaha menarik
kesimpulan dengan menarik verifikasi berdasarkan reduksi data dan sajian data. Kesimpilan yang diambil penelitian harus
memberikan kesimpulan secara longgar, terbuka dan skeptis. Jika permasalahan yang diteliti belum terjawab dan atau belum lengkap,
maka peneliti harus melengkapi kekurangan tersebut di lapangan terlebih dahulu.
Reduksi data, penyajian data sampai penyajian data aktivitasnya dilakukan dalam
bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang
berlanjut, berulang dan terus menerus hingga membentuk sebuah siklus. Dalam
proses ini aktivitas peneliti bergerak di
Pengumpulan Data
|
Sajian Data
|
Reduksi Data
|
Verifikasi/
Penarikan Kesimpulan
|
antara komponen analisis
dengan pengumpulan data selama proses ini masih berlangsung. Selanjutnya
peneliti hanya bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut. Secara skematis
proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Model
Analisis Milles dan Hubberman
Hari/Tanggal
|
Nilai
|
Paraf Guru
|
Komentar balikan
|
³Patton, Michael
Quinn, Qualitative Evaluation
Methods. London. Sage, 1983, hlm. 24
17Miles. N.B. and Hubermen. Qualitative Data Analisis; A Saurcebook of New Method. Beverly
Hills CA Sage Publication, 1984, hlm. 23.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. PEMBAHASAN
1. Profil Sekolah
Visi : membentuk generasi penerus bangsa yang
disiplin, terampil, beriman dan bertakwa
Misi :
1. Menumbuhkan kedisplinan segenap warga sekolah, baik siswa, guru, karyawan,
dan pemimpin sekolah
2. Mengembangkan pelajaran bebasis TIK dan menerapkan keunggulan lokal
sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimiliki
3. Mengembangkan kegiatan ekstrakulikuler untuk memberi bekal ketrampilan dan
pembentukan watak pribadi yang mandira dan bermutu
4. Menumbuhkan suasana sekolah yang religius dengan cara menempatkan
nilai-nilai agama sebagai sumber kearifan dalam bertindak
5. Mengembangkan lingkungan sekolah yang bersih, aman, trtib, dan asri
2. Penguraian Penyimpangan
·
Penjelasan Sederhana
Perilaku
menyimpang terjadi karena berlangsungnya proses sosialisasi yang
tidak Sempurna dan adanya subkebudayaan
penyimpangan sosial. Kedua sebab tersebut bisa dijelaskan secara singkat
sebagai berikut.
1. Berklangsungnya
proses sosialisasi yang tidak sempurna. Artinya apa yang diajarkan dalam
keluarga dan sekolah berbeda dengan apa yang dilihat dan dialami seseorang
dalam kehidupan nyata jujur, namun dalam masyarakat ternyata begitu banyak
orang berbuat tidak jujur.
2. Adanya
subkebudayaan penyimpanhan sosial. Artinya, seseorang tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan budaya yang diwarnai oleh subbudaya penyimpangan sosial.
Misalnya, seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
keluarga/masyarakat preman , potensial melakukan tindakan – tindakan
premanisme.
·
Penjelasan
Berdasarkan Teori – teori tentang Gejala Perilaku Menyimpang
Teori
Biologis
Teori
ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1876 oleh caesare
Lombroso (1835 – 1909). Ia adalah seorang dokter
berkebangsaan italia yang berbagai penjara. Lombroso menyatakan, bahwa pelaku
kejahatan pada umumnya memiliki ciri – ciri fisik yang berbeda bila
dibandingkan dengan orang kebanyakan.
Menurut
Lombroso, poara poelaku kejahatan umumnya memiliki cirri fisik : raut muka
murung /sedih, rahang dan tulang pipi menonjol, daun telinga menonjol keluar,
bulu – bulu yang berlebihan, dan jari – jari yang luar biasa bisa
panjang, sehingga membuat mereka menyerupai nenek moyang manusia (kera). Namun,
menurut Charles Buckman Goring , ada
kelamahan dalam pendapat Lombroso, yaitu hanya didasarkan pada penelitian
dengan sampel yang sangat terbatas.
Lebih
lanjut, menurut William Sheldon struktur
tubuh berpredeksi kriminalitas. Ia telah meneliti ratusan oranh
berdasarkan tipe tubuh dan penelusuran sejarah kriminalitasnya. Berdasarkan
penilitian itu dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang umumnya terjadi pada
orang yang berotot dan memiliki tubuh atletis.
Kesimpulan
tersebut dikuatkan oleh penelitian Sheldon Glueck dan
Eleanor Glueck. Tetapi mereka mengingatkan bahwa
tubuh yang kekaritu umumnya merupakan akibat perlakuan/latihan dari orang tua
dengan cara yang sangat rendah kerpada orang lain dan memiliki perilaku
agresif.
Berbagai
penelitian genetis dan sosiobiologi mutakhir terus mencoba mencari kaitan yang
masuk akal antara kondisi biologis dan kejahatan. Namun, belum ada temuan yang
rinci dan meyakinkan, yang mermbuktikan kaitan antara kondisi biologis dan
kejahatan. Hanya, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor biologis bisa
menyebabkan orang melakukan tindakan kejahatan.
Teori
labeling
Menurut Howard
S. Becker tindakan perilaku menyimpang sesungguhnya
tidak ada. Setiap tindakan sebenarnya bersifat “netral” dan “relative”.
Artinya, makna tindakan itu relatif tergantung pada sudut pandang orang yang
menilainya. Sebuah tindakan disebut perilaku menyimpang karena orang
lain/masytarakat memaknai dan menamainya (labeling) sebagai perilaku menyimpang.
Jika orang/ masyarakat tidak menyebut sebuah tindakan sebagai perilaku
menyimpang, maka perilaku menyimpang itu tidak ada. Penyebutan sebuah tindakan
parilaku menyimpang sangat bergantung pada proses deteksi, definisi, dan
tanggapan seseorang terhadap sebuah tindakan.
Sebagai
contoh, sekolompok masyarakat disebuah desa difilipina melakukan tindakan
sabung ayam sebagian penduduk Filipina tindakan itu ternyata merupakan ritual
penting untuk menghayati kehidupan yang jujur. Jadi, proses deteksi, definisi,
dan tanggapan seseorang terhadap tindakan sabung ayam akan sangat menentukan
penamaan (labeling) tindakan itu, apakah tindakan itu akan disebut perilaku
menyimpang ataukah kegiatan ritual.
Bagi Erving
Goffman, perilaku menyimpang terjadi karena adanya stigma. Adalah
penamaan yang sangat negatif kepada seseorang /kelompok sehingga mampu mengubah
secara radikal konsep diri dan identitas social mereka. Adanya stigma akan
membuat seseorang atau sebuah kelompok negatif dan diabaikan, sehingga mereka
disisihkan secara sosial.
Lebih
lanjut, menurut Harold Garfinkel ada
kalanya masyarakat secara formal melakukan stigmatisasi melalui
tata cara penghinaan (dengan – dation ceremony) .Stigmatisasi ini menjadi orang
sakit secara mental (mental illness). Akibat selanjutnya, mereka terus menerus
melakukan perilaku menyimpang.
Contoh,
stigmatisasi yang pada umumnya dilakukan oleh masyrakat terhadap mantan nara
pidana. Masyarakat umumnya menganggap mereka tak bisa menjadi orang baik –
baik. Karena itu, umumnya mereka padahal, demikian menurut Thomas
Szasz,sesungguhnya
para nara pidana itu tidak mengalami sakit mental kalau mereka tidak dikenai
stigmatisasi. Sebab, pada dasarnya sakit mental hanyalah sebuah mitos. Tetapi,
stigmatisasi telah membuat mereka percaya pada mitos itu. Maka, disini berlaku dalil
Thomas szasz, yang menyatakan:” situasi yang dianggap nyata akan
benar- benar menjadi nyata” (situations defined as real become real in their
consequences).
Teori
sosialisasi
Pandangan
dasar teori ini adalah bahwa penyimpangan sosial merupakan produk dari proses
sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal
Menurut Alberet
Bandura dan Richard H.Walters misalnya, Anak-anak
belajar prilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang memiliki
prilaku menyimpang. Khusus nya,mereka mengamati dan meniru orang yang dekat
dengannya.
Selanjutnya,
menurut Deborah M. Capaldi dan Gerald
M.peterson,
Anak-anak yang agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu
keras atau agresif. Akibatnya, anak kehilangan teladan pngendalian diri dan
mungkin menanggapi hukuman dengan meningkatkan agresif. Intinya, perilaku
menyimpang di hasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara
itu, menurut Mark S. Gaylord dan john
F. galliher serta Edwin Sutherland, orang yang memiliki perilaku menyimpang
cenderung memiliki ikatan dengan orang lain yang memiliki perilaku
menyimpang, dimana orang tersebut mengokohkan Norma-norma dan nilai
–nilai yang menyimpang. Perinsipnya, setiap kelompok sosial akan mewariskan
nilai-nilai dan Norma-norma kelompoknya kepada anggota –anggota baru.
Kaum
mudah pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, Dan Nilai-nilai
yang berasal dari subkultur berbeda, termasuk subkultur perilku menyimpang. Karna
itu,menurut Ronald R.Akers perilaku
Teman –teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah
perilaku seorang anak mudah sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku
menyimpang
Teori
keterangan
Teori
ketegangan ( strain theory) dikemukakan oleh Robert
K.Merton.
Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang ditentukan oleh seberapa baik sebuah
masyarakat mampu menciptakan keselarasan antara aspirasi warga masyarakat
(missal, pekerjaan). Jika tidak keselarasan antara anspirasi-anspirasi warga
masyarakat dengan ncara-cara legal yang ada, maka akan lahir perilaku
menyimpang.
Jadi,
perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya ketegangan antara
anspirasi apa yang dianggap bernilai oleh warga masyarakat dan cara pencapaian
anspirasi yang dianggap sah oleh masyarakat.
Terkait
dengan perilaku menyimpang, merton memetakan adanya lima kemungkinan sikap
seorang terhadap norma yang ada. Kelima kemungkinan sikap itu adalah :
Konformitas (conformity), inovasi (innovation),ritualisme (ritualism),retreatisme
(rewtreatism), dan pemberontakan (rebellion).
Konformitas adalah
kesediaan seseorang untuk menyesiaikan diri dengan norma yang ada dalam
mewujudkan anspirasi/apa yang dianggap bernilai oleh masyarakat. Contoh,
masyarakat menganggap bahwa kesuksesan hidup dicapai melalui kesuksesan materi.
Karena itu, seorang yang ingin sukses berusaha mencapai kekayaan materi dengan
bekerja keras mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya.
Namun,
tidak semua orang memiliki talenta memadai untuk mencapai hidup sukses.
Seseorang yang dilahirkan dalam keluarga yang sangat miskin misalnya, merasa
tidak mungkin meraih sukses dengan mengikuti norma yang ada. Karena itu, ia
mungkin akan berusaha meraih kesuksesan hidup dengan menempuh perilaku
menyimpang, misalnya menjadi pengedar narkoba. Merton menyebut hal ini sebagai inovasi,
yaitu upaya untuk mewujudkan aspirasi/apa yang dianggap bernilai dengan
cara-cara tidak biasa /non –konvensional.
Sementara
itu, ada pula warga masyarakat yang merasa memiliki hambatan untuk meraih
kesuksesan hidup dengan cara yang sesuai dengan norma yang ada. Namun, ia tak
bersedia untuk melanggar norma demi mewujudkan aspirasinya.Ia bersedia
mengorbankan aspirasinya demi ketaatan kepada norma yang ada. Warga yang
demikian, oleh Merton disebut bersikap litualisme.Menurut
merton, hal ini sering terjadi dikalangan birokrat rendahan.
Disisi
lain adapula warga masyarakat yang merasa memiliki hambatan untuk meraih
kesuksesan hidup dengan cara yang sesuai dengan norma yang ada. Ia juga tak
bersedia untuk melanggar norma demi mewujudka aspirasinya. Namun, ia bersikap
menolak aspirasi/apa yang dianggap bernilai norma yang ada dengan
“menarik diri” dari masyarakat dengan berperilaku apatis terhadap keadaan atau
melarikan diri dalam kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan perilaku
menyimpang lainnya. Warga yang bersikap demikian, oleh Merton disebut retreatisme.
Bentuk
perilaku menyimpang yang keempat disebut pemberontakan. Seperti
retreatisme ,pemberontakan menolak pandangan masyarakat mengenai apa yang
dianggap bernilai dan juga norma-norma yang berlaku untuk mewujudkannya. Namun,
Ia bukannya menarik diri dari masyarakat dan budaya yang berlaku,
melainkan berusaha secara radikal untuk menggantikan nilai dan norma yang
ada dengan nilai dan norma yang sama sekali baru. Pemberontakan politik atau
keagamaan umumnya termasuk kategori ini.
Teori
Diforganisasi Sosial
Komsep
tentang disorganisasi sosial di dasarkan pada karya wilyam
l. Thomas dan florian znaneicki serta
karya Clifford Shaw dan henry McKay. Istilah
di sorganisasikan sosail mengacu pada penjelasan mengenai
perilaku menyimpang dan kondisi masyarakat yang menyebabkannya.
Menurut
teori ini perilaku menyimpang merupakan produk dari perkembangan masyarakat
yang tak seimbang. Di dalam terjadi perubahan dan konflik yang berdampak pada
prilaku masrayakat.
Teori
ini menekankan bahwa masyarakat teorganisasi bila anggota masyarakat membangun
kesepakatan mengenai nilai dan norma funda mental sebangai dasar tindakan
bersama. Organisasi sosial atau sosial terwujud ketika ada ikatan yang kuat di
antara Indifudu-indufidu. Dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Ikatan
ini mengikuti ke sepakatan luas mengenai tujuan yang di hargai dan di
perjuangkan . Dengan demikian, di sorganisasi sosial adalah kekacauan sosial .
Teori
di sorganisasi sosial percaya , bahwa di sorganisasi sosial terjadi di sebagian
besar kehidupan kota. Masyarakat kota di jadikan laboratorium studi mengenai
prilaku menyimpang dan kejahatan penganut teori ini memusat penelitian pada di
sorganisasi di wilaya lokal, Tempat-tempat kumuh atau pusat kota yang banyak
terjadi kejahatan trostitusi, Bunih diri, dan berbangai bentuk, prilaku
menyimpang lainnya.
Dalam
pandangan teori ini , pola lingkungan kehidupan kota melahirkan disorganisasi
sosial, yang mengakibatkan terjadinya prilaku menyimpang dan kejahatan.
Teori
anomi
Emile Durkheim,sosiolog dari prancis,
memperkenalkan pada anomi (anomie)
dalam karyanya yang terkenal The tahun 1893. Ia menggunakan konsep anomi untuk
mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi dalam masyarakat. Anomi
berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap
terhadap yang lain. Masyarakat tidak tahu lagi apa yang bisa diharapkan dari
orang lain. Kondsi itu, menurut Durkheim, akan melahirkan perilaku menyimpang.
Pada
tahun 1897, Durkheim menggunakan kembali istilah anomi dalam penelitiannya
mengenai bunuh diri (suicide) , yang mengacu pada kondisi tanpa norma moral.
Disini Durkheim tertarik dengan dampak
Teori
Konflik
Menurut
teori ini, perilaku menyimpang merupakan akibat dari ketidaksamaan dalam
masyarakat. Teori ini menekankan bahwa seseorang atau perbuatan yang disebut
perilaku menyimpang tergantung pada kekuasaan relative dari kelompok
masyarakat.
Alexander
Liazos (1972) mencatat bahwa konsep umum mengenai perilaku
menyimpang misalnya orang gila, pelacur, gelandangan menunjuk pada masyarakat
yang tidak memiliki kekuasaan. Mereka diberi stigma sebagai pelaku perilaku
menyimpang.
Menurut
teori konflik, gejala perilaku menyimpang terkait dengan praktik kekuasaan yang
tidak adil. Hal itu tampak dalam ketiga hal berikut.
ü Norma-norma
khususnya norma hukum dari setiap masyarakat pada umumnya menguntungkan mereka
yang kaya dan berkuasa.Karl Marx mengatakan
bahwa hukum (bersama dengan lembaga sosial yang lain) cenderung mendukung
kepentingan kaum kaya. Senada dengan Marx, Richard
Quinney menyatakan bahwa keadilan kapitalis dilakukan oleh
kelas kapitalis, untuk melawan kelas buruh.
ü Jika
perilaku kaum kaya dan berkuasa dipersoalkan, mereka memiliki berbagai sarana
untuk menolak sebutan sebagai pelaku perilaku menyimpang. Berbagai
kasus hukum di Indonesia dengan sangat jelas menunjukkan hal ini. Seorang
tukang becak yang baru pertama kali mencuri uang Rp. 5.000,00 akan segera
dipukuli massa dan dianggap sebagai pencuri. Sementara itu pelaku korupsi
milyaran bisa melenggang dengan gembira.
ü Norma-norma
dan hukum merupakan topeng yang sangat baik untuk menutupi berbagai perilaku
curang kaum kaya dan berkuasa. Banyak orang mengutuk penerapan
hokum yang sering tidak sama. Namun, mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya aturan hukum itu sendiri tidak adil. Karena itu, aturan hukum
sering kali merupakan topeng bagi kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang
kaya dan berkuasa.
B. ANALISIS
1. Faktor yang menyebabkan Perilaku Menyimpang
·
Perbedaan
status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok
mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah pencurian dan
saling ejek.
·
Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
kedalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan perilaku
yang pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di sekitarnya.
·
Sikap
mental yang tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau menyesali
perilakunya yang dianggap menyimpang.
·
Kriminolog
Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran
rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas,
tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang
abnormal.
·
Proses
belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena
seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu
dapat membuat seseorang ingin meniru tokoh yang ada di tayangan tersebut
walaupun itu adalah termasuk perilaku menyimpang.
·
Penyimpangan
karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah
suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya
yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang
dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib
masyarakat.
·
Lingkungan
pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang.
Biasanya orang akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya
walaupun itu sudah termasuk perilaku menyimpang.
·
Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.
·
Banyaknya
pemuda yang putus sekolah menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mencari kerja.
Akibatnya mereka harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang walaupun
itu termasuk perilaku menyimpang seperti mengemis atau mencuri.
·
Ikatan
sosial yang berlainan. Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa
kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan
cenderung membuatnya mengidentifikasi diri dengan kelompokyang paling
dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh pola-pola sikap dari
perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut menyimpang maka kemungkinan
besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
·
Ketidakharmonisan
keluarga memicu stres terutama pada anak remaja. Mereka menjadi semakin labil
karena tidak mendapat perhatian dari orangtuanya.
·
Mencari
perhatian juga menjadi sebab terjadinya perilaku menyimpang. Kemungkinan itu
disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orangtua dan gurunya sehingga dia
selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain walaupun itu
menyimpang.
·
Dorongan
ekonomi biasanya menjadi faktor utama untuk melakukan suatu perilaku
menyimpang. Contoh adalah seperti orang yang mencuri karena terdesak dengan
kebutuhan pokoknya yang tidak terpenuhi.
·
Kegagalan
dalam proses sosialisasi. Keluarga inti maupun keluarga luas bertanggung jawab
terhadap penanaman nilai dan norma pada anak. Kegagalan proses pendidikan dalam
keluarga menyebabkan terjadinya penyimpangan.
·
Labelling.
Faktor pelabelan pertama kali di ungkapkan oleh Edwin M. Lemert dalam teori
pelabelan. Menurutnya seseorang melakukan perilaku menyimpang diberi cap (label
negatif) oleh masyarakat.
2. bentuk perilaku
menyimpang siswa SMAN 1 Sikur di lingkungan sekolah ?
Di pagi hari ketika bel masuk sudah berbunyi, hampir setiap hari masih
banyak siswa yang belum sampai di sekolah, dengan kata lain banyak siswa yang
terlambat. Sehingga tempat parkiran terlihat berantakan karena siswa yang
terlambat tersebut meletakkan kendaraanya dari arah berlawanan jadi siswa
tersebut hanya sembarangan meletakkan.
Ketika KBM berlangsung, banyak siswa yang berkeliaran terutama pada saat
jam pelajaran kosong. Adapula siswa yang tanpa sepengetahuan guru menggunakan
ponsel, dan menyalahgunakan laptop untuk membuka situs yang kurang penting. Hal
ini menyebabkan banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas karena siswa tersebut
tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pada saat jam
pelajaran terakhir adalah jam kosong, siswa berkeliaran pulang sebelum bel
pulang berbunyi.
Saat upacara berlangsung, beberapa siswa atau peserta upacara tidak hidmat
dalam mengikuti upacara bendera yang sedang berlangsung. Sehingga menyebabkan
keributan saat pembina upacara berbicara. Adapula beberapa siswa yang terlihat
tidak menggunakan atribut upacara lengkap, seperti dasi maupun topi.
Penyimpangan lain yang terjadi ada hubungannya dengan kedisiplinan.
Misalnya, sebagian siswa laki-laki berpakaian kurang rapi dari mulai pakaian
yang keluar, rambut yang memanjang dan sepatu yang berwarna selain hitam. Dan
jika diperhatikan lebih banyak siswa yang lebih memilih berduduk duduk santai
di kantin atau diteras kelas dibandingkan pergi membaca di perpustakaan. Dari
mushola juga bisa dilihat, bahwa alat sholat terlihat kurang rapi atau
berantakan dikarenakan banyak siswi yang tidak merapikan kembali mukenah yang
telah digunakan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan,
kami telah menyimpulkan bahwa hampir semua siswa
di SMA Negeri 1 Sikur pernah melakukan penyimpangan baik yang bersifat
sederhana maupun bersifat berlebihan atau keterlaluan. Dalam hal ini guru ikut
berperan penting untuk membantu siswa mengendalikan penyimpangan yang terjadi
di sekolah dengan memberikan bimbingan konseling maupun melaui bantuan
bimbingan orang tua, sehingga dapat mengurangi gangguan serta dampak negatif
yang suatu saat akan menimbukan suatu yang fatal dan merugikan diri sendiri maupun
orang lain.
Siswa
– siswi melakukan hal menyimpang didapat dari beberapa faktor. Baik dari dalam
maupun luar. Mereka cenderung tidak perduli dengan resiko yang akan mereka
terima. Hal ini menyebabkan peraturan-peraturan di sekolah seringkali terabaikan.
Mungkin karena mereka merasa dikekang untuk melaksanakan perintah. Sebagian
dari mereka mungkin salah mengartikan arti peraturan. Dimana seharusnya
peraturan dibentuk untuk menertibkan dan membentuk siswa yang disiplin, justru
berfikir bahwa peraturan dibuat untuk
dilanggar. Ini bisa dikatakan semboyan para siswa yang sering melakukan
penyimpangan.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik tanpa gangguan
sesuai dengan tujuan tanpa kendala kami menyarankan :
a. Bagi siswa, diharapkan dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajara dapat dicapai.
b. Bagi guru, diharapkan dapat membimbing siswa-siswi untuk
menghindari kegiatan atau perilaku menyimpang dengan perlahan. Mungkin dengan
memahami alas an terjadinya perilaku menyimpang dan kemudian memberikan nasehat
tentang dampak negative dari perilakunya.
c. Bagi penjaga sekolah, diharapkan tetap menjaga gerbang
sekolah sebelum bel pulang berbunyi. Dan jika ada siswa yang berniat untuk
keluar fotokopi, bisa ijin kepada guru pengajar dan lapor kepada security
sekolah.
d. Bagi pemilik kantin untuk mengurangi makanan yang dimasak
dipagi hari atau ketika KBM berlangsung. Bagi sebagian siswa, hal ini sangat
mengganggu.
DAFTAR
PUSTAKA :
http://rohmatullahh.blogspot.com/2013/08/cara-membuat-daftar-isi-di-msword.html
Moleong. op.cit. hlm. 330.
²Miles dan Huberman, 1984.
Terimakasih bagi teman teman yang sudah berkunjung :)
No comments:
Post a Comment
Silahkan komentar segala sesuatu tentang minecraft dan clash royale, jika ada yang kurang dari artikel yang kami buat silahkan berkomentar.
Ingat gamer harus saling berbagi, atau saling sharing pengetahuan tentang game